Wabah pandemi
covid-19 telah meluluhlantakkan seluruh sendi-sendi kehidupan manusia. Kita
hampir kehilangan seluruh aspek sosial yang kita miliki. Teknologi transportasi
antar wilayah hampir tak bisa dipergunakan. Wabah yang berawal dari kota Wuhan,
Hubei, Tiongkok pada Januari 2020 dengan korban 3 orang tewas setelah menderita
pneumonia yang disebabkan oleh virus corona. Dalam waktu yang tidak terlalu
lama covid-19 menyebar ke seluruh dunia. Adapun negara yang paling banyak
terpapar covid-19 adalah Amerika Serikat, spanyol, Italia, Prancis dan Jerman. Sampai
dengan Selasa 12 Mei 2020 telah terkonfirmasi kasus covid-19 sebanyak 4.245.003
kasus. Pasien yang dinyatakan sembuh sebanyak 1.521.899 dan yang meninggal
sebanyak 286.653 orang. Di Indonesia sendiri sampai dengan selasa 12 Mei 2020
kasus positif covid-19 telah mencapai 14.749 orang, yang dinyatakan sembuh
sebanyak 3.063 orang dan yang meninggal sebanyak 1.007 orang. Belum ada
tanda-tanda akan terjadi pengurangan yang signifikan.
Di banyak
negara telah dilakukan lockdown dan telah memberikan hasil penurunan kasus namun
ketika lockdown dilonggarkan ternyata jumlah pasien positif covid-19 meningkat
lagi. Di Indonesia sendiri telah diberlakukan PSBB (pembatasan sosial berskala
besar) di beberapa kota dan provinsi seperti DKI Jakarta, Sumatra Barat, daerah
Jabodetabek, Jawa Barat, Pekan Baru, Makassar, Tangerang Selatan, Tegal dan
kota lainnya. PSBB ini di satu sisi bisa mengurangi penyebaran covid-19 secara
signifikan namun secara ekonomi berdampak pada kehidupan masyarakat dikarenakan
sebagian besar mata pencaharian justru berinteraksi dengan orang banyak. Sedangkan
bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah sebesar Rp. 600 ribu perorang
perbulan di samping tidak memenuhi standar hidup yang apabila dibagi perhari
hanya Rp. 20 ribu, juga sangat menguras keuangan negara walau telah dilakukan
realokasi dan refocussing anggaran negara dan anggaran daerah serta anggaran
desa. Menjelang berakhirnya masa tanggap darurat bencana covid-19 pada tanggal
29 Mei 2019 belum ada tanda-tanda yang menggembirakan tentang kemungkinan
berakhirnya pandemi covid-19. Justru yang terlihat adanya koordinasi yang tidak
sinkron baik antar lembaga negara maupun antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dan banyaknya kebijakan peraturan yang membuat masyarakat menjadi
bingung. Belum lagi faktor stress yang
dialami oleh petugas medis dan petugas keamanan akibat lemahnya kesadaran
masyarakat. Yang lebih berbahaya lagi adalah pasien yang berbohong yang bisa
membuat terancam seluruh tenaga medis yang menanganinya dan telah terjadi di
beberapa tempat.
Berawal dari usulan
dr Theresia Monica R, Sp.AN, KIC, Msi ahli genetika
dan biologi molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha tentang
terapi plasma konvalesen untuk mengobati pasien positif covid-19. Setelah
mendapat persetujuan langsung dari Presiden Jokowi maka RSPAD Gatot Subroto dan
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman di bawah Kemristek melakukan penelitian
tentang terapi plasma konvalesen. Ada harapan besar tertumpu pada terapi plasma
konvaelesen ini. Terapi plasma konvalesen berupa pemberian plasma dari donor
pasien covid-19 yang telah sembuh kepada pasien yang masih positif covid-19. Antibodi
yang terkandung dalam plasma tersebut diberikan kepada pasien covid-19. Secara
alami tubuh akan menghasilkan antibodi setiap kali tubuh diserang
mikroorganisme seperti virus. Antibodi yang terdapat pada plasma darah pasien
covid-19 yang sudah sembuh akan membantu pasien untuk mengatasi virus corona
yang menyerangnya. Jenis terapi ini sebelumnya sudah diterapkan dalam mengatasi
penyakit akibat virus lainnya seperti flu spanyol, SARS dan virus ebola. Untuk
saat ini terapi masih dalam skala terbatas yaitu pada pasien kondisi berat dan
kondisi kritis. Pemberian terapi dianjurkan diberikan lebih awal untuk
meningkatkan harapan kesembuhan pasien. Bila pasien sudah menunjukkan gejala
sesak nafas agar segera diberikan terapi plasma konvalesen. Di samping untuk
pengobatan pasien juga untuk lebih menghemat biaya dan waktu perawatan. Prosesnya
relatif mudah dan cepat, sama seperti transfusi darah.
Pada
saat ini pengujian masih dalam skala terbatas yaitu pada pasien kondisi berat
di RSPAD Gatot Subroto dan RSCM. Kita sangat berharap akan keberhasilan dari
pengujian skala terbatas ini. Apabila pengujian skala terbatas ini memberikan
hasil yang baik dan sesuai harapan maka kemungkinan besar pengujian akan
dilakukan dalam skala yang lebih luas. Skala yang lebih luas ini kita harapkan
bisa diterapkan pada semua RSU rujukan covid-19. Dan apabila pengujian skala
yang lebih luas ini memberikan hasil yang baik dan sesuai harapan maka kita
harapkan penerapannya bisa dilakukan di seluruh RSU di seluruh Indonesia baik
pada RSU Pemerintah maupun swasta. Saat ini pasien sembuh covid-19 sudah
mencapai 3.000 orang dan kita harapkan sebagian besar dari mereka bisa menjadi
donor plasma konvalesen. Kita juga mengharapkan nantinya penerapan terapi
plasma konvalesen tidak hanya kepada pasien berat covid-19 tapi juga bisa
diberikan kepada pasien covid-19 yang sedang atau ringan. Untuk jangka panjang
bisa menghasilkan vaksin yang bisa diberikan sedini mungkin kepada semua orang.
Tentunya
keberhasilan penerapan terapi plasma konvalesen ini harus mendapat dukungan
semua pihak terutama pihak perusahaan dan industri karena nantinya penerapan
dalam skala yang lebih luas akan membutuhkan biaya yang sangat banyak. Bantuan
dari perusahaan dan industri ini juga nanti hasilnya akan mereka manfaatkan
juga karena dengan keberhasilan terapi plasma konvaklesen maka wabah pandemi
covid-19 bisa segera berakhir dengan jumlah pasien sembuh bisa tumbuh secara
eksponensial mengimbangi pertumbuhan pasien terjangkit covid-19, perusahaan dan
industri bisa beroperasi seperti semula. Kita juga mengharapkan seluruh instansi
bidang kesehatan bisa bahu membahu dan bisa menghilangkan ego sektoral yang
seringkali muncul dan menghambat keberhasilan kerjasama tim. Dukungan penuh
Presiden tentunya harus menjadi jaminan utama akan keberhasilan penerapan
terapi plasma konvalesen dalam mengatasi wabah pandemi covid-19. Mudah-mudahan
dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi kita sudah bisa hidup normal kembali.
Semoga.
Rahmad
Daulay
13
Mei 2020.
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar