Ada apa dengan batu akik ?
Bisnis batu akik kini menjamur
bak cendawan di musim hujan. Sebelumnya yang paling terakhir menjamur adalah
bisnis cuci sepeda motor dan jual beli ponsel dan pulsa.
Sebelumnya batu akik sudah lama
diperjualbelikan. Namun tidak sepopuler sekarang. Demikian juga bisnis cuci
sepeda motor. Dulu harus antri berjam-jam hanya untuk mencuci sepeda motor.
Sekarang cukup berkendara beberapa menit untuk mencari tempat cuci sepeda motor
yang kosong. Demikian juga ponsel dan pulsa pada awal mulanya hanya ada di
beberapa tempat. Sekarang tidak sampai lima puluh meter sudah ditemukan
beberapa tempat jual beli ponsel dan pulsa.
Apa penyebab sesuatu itu menjadi
booming ? Cukup sederhana, hanya sekedar bisa tahu tata cara menjalankan
bisnisnya dan faham sistem jaringannya. Pada sektor batu akik, penyebarluasan
tata cara bisnis dan jaringan telah menyerap bukan hanya sekedar ratusan orang
tapi sudah mendekati jutaan orang. Mulai dari sektor batu akik mentah, distribusi
batu akik mentah. Tata cara penamaan. Jual beli alat asah batu akik. Tata cara
mengasah yang baik. Seni mengikat batu akik. Sampai pada marketing batu akik.
Bahkan beberapa pejabat penting negara ini harus menyempatkan waktunya untuk
mengunjungi sentra bisnis batu akik.
Sesuatu yang sudah booming bukan
hanya akan membuat pecinta batu akik untuk bersibuk ria. Bahkan orang yang
nyata nyata bukan pecinta batu akikpun seperti saya misalnya harus menyempatkan
diri walau hanya sekedar iseng atau mengisi waktu luang menunggu teman untuk
melirik lirik beberapa batu akik. Bermula dari sekedar iseng dan berujung pada
ketertarikan. Ternyata ada satu jenis batu akik yang cukup menarik perhatianku.
Namanya batu kalimaya. Bentuknya putih polos namun memencarkan warna warni
secara bergantian. Bahkan anakku yang masih TK ketika kutunjukkan batu kalimaya
tersebut juga menunjukkan ketertarikannya pada warna warni yang dipancarkan
batu tersebut. Walhasil batu kalimaya yang berharga ratusan ribu harus rela
disita anakku yang masih TK tersebut.
Baik bisnis batu akik, cuci
sepeda motor maupun jual beli ponsel dan pulsa bukan sekedar fenomena bisnis
semata. Ini berkaitan dengan bukti nyata bahwa jiwa wirausaha dan minat serta
bakat masyarakat tidak bisa dipandang sebelah mata. Seseorang yang bahkan untuk
membedakan apa itu solar dan bensin saja tidak bisa, toh untuk menghapal
puluhan jenis batu akik serta tempat asalnya bisa dikuasainya dengan baik. Ini
pernah saya tes ketika sedang mengamati beberapa batu akik yang cukup manarik.
Saya tanya tanya nama beberapa batu akik secara berulang serta tempat asalnya.
Menarik, semua bisa dikuasainya tanpa ada kesalahan sedikitpun.
Di tengah kondisi sosial ekonomi
masyarakat seperti sekarang ini, sektor bisnis informal seperti bisnis batu
akik harus dijadikan sebagai pionir dalam mengembangkan jiwa wirausaha
masyarakat. Booming bisnis batu akik pun bukan dikarenakan gencarnya
pemberantasan korupsi. Dan juga bukan atas beberapa gebrakan deregulasi makro
ekonomi.
Negara harus mengambil hikmah
dari bisnis sektor informal seperti bisnis baru akik ini. Kata kuncinya adalah
tata cara bisnis dan jaringan marketingnya. Namun negara tidak bisa
mengandalkan penyebarluasan tata cara bisnis dan jaringan marketing pada
booming secara alami semata. Harus ada sebuah strategi sistematis dalam upaya
meningkatkan bisnis informal di masyarakat yang bisa menyedot para penganggur
menjadi pengusaha dalam skala besar.
Instrumen yang terlupakan dalam
hal ini adalah BLK (balai latihan kerja) baik milik pemerintah maupun swasta.
Negara harus mengalokasikan anggaran subsidi dalam jumlah besar agar angkatan
kerja yang belum memiliki pekerjaan tetap bisa berwirausaha secara terlatih di
BLK namun tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk bisa menikmati pendidikan
keterampilan di BLK, bila perlu digratiskan. Selama ini BLK lebih banyak
menggarap sektor jahit menjahit, salon, elektronik, permesinan. BLK harus
dikembangkan juga pada sektor budi daya sandang pangan dan kelautan seperti
budi daya ternak, budi daya rumput laut, budi daya mutiara dan sebagainya. Juga
dikembangkan pada berbasis IT. Saya memandang bahwa semua angkatan kerja yang
menganggur berhak untuk menikmati pendidikan keterampilan gratis di BLK. Dari
data mbah google jumlah angkatan kerja perfebruari 2015 sebanyak 128,3 juta
orang. Sebanyak 7,15 juta orang di antaranya menganggur. Nah, bila angkatan
kerja yang menganggur ini disubsidi sebesar 1 juta berorang hanya dibutuhkan
sebanyak 7,15 trilyun untuk memberi kesempatan angkatan kerja yang menganggur
untuk mengikuti pendidikan keterampilan di BLK.
Bagaimana dengan situasi pasca
BLK ? Bukankah juga dibutuhkan modal untuk membuka usaha ?
Memang benar. Dan sudah ada KUR
(kredit usaha rakyat) yang dikelola oleh beberapa perbankan nasional untuk
menjadi modal awal membuka usaha.
Bila hal di atas terwujud akan
bersinergi dengan dana desa dalam upaya membangun negara serta menghambat arus
urbanisasi.
Salam reformasi
Rahmad Daulay
21 november 2015.
- * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar