Ketika musim hujan menerpa,
seribu macam ide dan gagasan muncul di kepala semua orang terutama pada daerah
yang terkena banjir dan tanah longsor. Musim hujan akan disertai dengan banjir
dan tanah longsor.
Banjir akan melanda daerah yang
memiliki perbedaan ketinggian yang tidak jauh berbeda antara permukaan tanah
dengan ketinggian air normal. Ketika debit air melebihi biasanya maka permukaan
air akan meninggi sehingga melimpah ke daratan sedangkan daya tampung dan daya
alir sungai tidak mampu menampung semua air. Maka akan timbul di pikiran orang
betapa pentingnya melakukan normalisasi sungai. Endapan sedimen, bebatuan dan
sampah membuat daya alir sungai menjadi berkurang sehingga perlu dilakukan
pengerukan sungai. Akan timbul di pikiran orang perlunya relokasi penduduk yang
bermukim di daerah langganan banjir. Akan timbul di pikiran orang perlunya
meningkatkan kemampuan tanah menyerap air dengan cara penghijauan dan memperluas
ruang terbuka hijau serta memperbanyak biopori. Akan timbul di pikiran orang
untuk mengefektifkan DAS (daerah aliran sungai). Dan banyak lagi gagasan yang
muncul apabila bencana banjir menerpa.
Satu hal yang terlupakan ketika
banjir melanda permukiman penduduk adalah berkurangnya kemampuan drainase jalan
dan drainase lingkungan dalam mengalirkan air akibat penimbunan dan penyumbatan
sampah. Yang sering dijadikan solusi adalah pembersihan saluran drainase dari
sampah yang menimbuninya. Namun masih jarang yang memikirkan penambahan volume drainase
dengan cara menambah lebar dan menambah kedalamannya. Di sini sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan lahan dan perbedaan ketinggian drainase dan
sungai. Oleh karena itu perlu kiranya melakukan desain ulang master plan
jaringan drainase sebagai sebuah jaringan terintegrasi dengan pembuangan akhir
air ke sungai. Drainase yang masih memungkinkan untuk diperlebar dan diperdalam
akan memberi harapan bisa mengalirkan air banjir lebih cepat dari biasanya. Hal
lain yang perlu dilakukan adalah menutup bagian atas drainase untuk mencegah
pembuangan sampah yang akan menyumbat drainase dan mengatur lobang aliran air
hujan dari bahu jalan menuju drainase.
Tanah longsor akan melanda daerah
di mana kemampuan tanah untuk menahan beban di atasnya berkurang akibat air
yang mengurangi daya rekat partikel tanah ditambah dengan beban di atasnya
semakin berat akibat air terus menambah berat keseluruhan. Tanah longsor
berbahaya terutama di permukiman penduduk dan jalan raya. Di sini perlu
kombinasi antara faktor lingkungan dengan konstruksi terutama konstruksi
bangunan dan jalan. Pada daerah rawan longsor dengan pemukiman perlu dilakukan
rekayasa lingkungan dengan memperbanyak menanam tanaman yang bisa memperkuat
daya ikat tanah dan mencegah longsor. Sedangkan jalan raya terutama yang lokasi
awalnya merupakan pegunungan dan perbukitan yang dipotong menjadi jalan dengan
satu sisi ada jurang dan di sisi lain ada tebing sehingga baik sisi jurang
maupun sisi tebing memiliki potensi longsor yang sama dan sama-sama memiliki
ancaman untuk memutus jalan. Apalagi akibat keterbatasan dana pembangunan pada
waktu itu membuat pemotongan bukit menjadi jalan hanya menyisakan bahu jalan
sekitar 1 meter dari jurang dan hanya menyisakan 1 meter dari bukit. Oleh
karena itu perlu dipikirkan demi keselamatan berkendara dan demi kelancaran
arus barang dan penumpang untuk melakukan penggeseran jalan pada posisi rawan
longsor baik jurang maupun perbukitan dengan memotong kembali bukit sampai
posisi jalan aman kira-kira 3 meter dari jurang dan 3 meter dari bukit. Baik
pada tepi jurang maupun bukit nantinya ditanami tanaman yang bisa memperkuat
ikatan tanah sehingga bisa mencegah terjadinya longsor. Beberapa kasus
menunjukkan penanaman bambu di pinggir jurang bisa memperkuat tanah dan menjadi
benteng mencegah kecelakaan.
Ketika bencana banjir dan longsor
melanda, banyak gagasan di pikiran semua orang. Ketika musim hujan usai, mari
bergerak mewujudkan gagasan.
Salam reformasi
Rahmad Daulay
6 mei 2014.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar