Memelihara jauh lebih sulit daripada membangun. Ini bukan sekedar
kata-kata. Ini terjadi di berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia jasa
konstruksi.
Bila kita lihat postur APBN dan APBD pada pos belanja pembangunan
terlihat sektor infrastruktur merupakan prioritas dan memiliki anggaran
terbesar. Walaupun pendidikan, kesehatan dan pertanian merupakan prioritas
pembangunan namun di dalamnya masih didominasi infrastruktur baik itu
infrastruktur pendidikan, infrastruktur kesehatan dan infrastruktur pertanian.
Besarnya biaya infrastruktur selain memang sudah kebutuhan, juga
disebabkan terabaikannya pemeliharaan infrastruktur sehingga kerusakan ringan terus
menerus terabaikan sehingga kerusakan ringan tersebut meningkat menjadi
kerusakan berat.
Kapan kita merasa sangat membutuhkan pemeliharaan konstruksi ?
Tunggu saja turun hujan lebat di malam hari kemudian berkeliling
berkendara baik di perkotaan maupun ke desa terdekat. Akan lebih baik bila
lampu jalannya tidak ada.
Hal pertama yang akan menjadi keluh kesah dan sumber kemarahan
adalah jalan berlobang baik lobang kecil maupun lobang besar. Ketika hujan
lebat turun di kegelapan malam hari maka air hujan akan menggenang di jalan dan
menutup lubang jalan sehingga sulit membedakan mana jalan datar dan mana jalan
berlubang. Ketika roda kenderaan melewati lubang jalan maka hampir bisa
dipastikan supir akan menggerutu dan mengumpat pemerintah : “bagaimana ini
pemerintah ngurusin jalan saja tak becus”. Konstruksi walaupun bersifat sosial
karena digunakan oleh semua lapisan masyarakat namun dalam proses
pembangunannya dipengaruhi oleh aspek bisnis. Dan peraturan pengadaan
barang/jasa pemerintah bentuk pekerjaan rehab ringan konstruksi dilaksanakan
secara swakelola karena dianggap pekerjaan sederhana dan kurang diminati oleh
para pengusaha jasa konstruksi walaupun pada kenyataannya dalam zaman hidup
sulit seperti ini sudah tidak ada lagi pekerjaan yang tidak diminati oleh para
pengusaha. Dengan perbandingan volume yang sama maka pekerjaan melapis jalan
secara keseluruhan jauh lebih mudah dan jauh lebih cepat daripada pekerjaan menutup
lubang jalan, apalagi pekerjaan menutup lubang jalan memiliki volume yang menyebar
di banyak tempat. Oleh karena itu maka selain parameter volume sendiri maka
pekerjaan menutup lubang jalan juga harus mempertimbangkan volume perlokasi
lubang jalan. Juga hal yang harus dipertimbangkan adalah menutup lubang jalan
tetap wajib menggunakan alat berat/mesin gilas ukuran kecil dan bukan hanya
dipukul-pukul saja sehingga permukaannya tidak rata dan tidak padat. Bila
dilakukan dengan benar maka menutup lubang jalan akan menghasilkan kedataran yang
sama dengan keadaaan sebelumnya. Dan yang tak kalah pentingnya adalah menutup
lubang jalan harus dilakukan ketika kerusakan masih bersifat ringan dan tidak
menunggu rusak berat baru diperbaiki.
Hal kedua adalah ketika hujan lebatseringkali kenderaan sulit untuk
diposisikan pada lajur jalan yang benar sehingga ketika kenderaan saling
berpapasan pada arah yang berlawanan kenderaan sering terperosok di bahu jalan.
Hal ini akibat dari tidak adanya garis tengah jalan dan garis pinggir jalan.
Kalaupun ada warnanya sudah menipis dan pudar sehingga tenggelam dalam genangan
air hujan. Garis tengah jalan dan garis pinggir jalan ini sangat dibutuhkan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan berlalu lintas terutama di kala malam gelap
dan hujan deras. Toh membuat garis tengah jalan dan garis pinggir jalan tidak
membutuhkan biaya yang besar.
Masalah kertiga adalah bahu jalan. Akibat seringnya dilakukan
pelapisan jalan berkali-kali maka badan jalan menjadi jauh lebih tinggi dari bahu
jalan. Atau pada kasus lain akibat jarangnya dilakukan pembabatan rumput di
bahu jalan mengakibatkan ketinggian bahu jalan semakin bertambah dan menjadi
lebih tinggi dari badan jalan sehingga ketika terjadi hujan air bukannya
mengalir dari badan jalan menuju bahu jalan tapi mengalir dari bahu jalan
menuju badan jalan. Akibatnya muncul arus air di badan jalan dan arus air ini
akan merusak jalan searah aliran air. Selain itu bahu jalan juga berfungsi
sebagai tempat parkir kenderaan. Bila ketinggian bahu jalan dan badan jalan
terlalu jauh maka kenderaan tidak mau parkir di bahu jalan sehingga mereka
parkir saja di badan jalan dan tentu ini akan mengganggu kelancaran berlalu
lintas. Oleh karena itu perbedaan ketinggian antara bahu jalan dan badan jalan
harus dijaga sedemkikian rupa.
Masalah keempat adalah jalan tanpa paret menyebabkan genangan air
di waktu hari hujan di jalan. Air hujan akan mengalir di sepanjang jalan baik
itu di bahu jalan maupun di badan jalan. Ini akan menyebabkan bahu jalan
bentuknya menjadi bergelombang dan badan jalan menjadi cepat rusak dan
seringkali yang menjadi kambing hitam adalah pimpro dituduh korupsi. Bila ada
paret jalan maka air hanya akan sebentar singgah di badan jalan dan bahu jalan
dan akan segera masuk ke paret jalan.
Masih banyak hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pemeliharaan
jalan namun keempat hal di atas merupakan prioritas walaupun sebenarnya
merupakan hal-hal yang sangat sederhana dan simple untuk dilaksanakan.
Setiap bentuk konstruksi memiliki model pemeliharaan yang berbeda. Hal
di atas hanya contoh kecil dari betuk pemeliharaan konstruksi jalan. Sedangkan
konstruksi secara keseluruhan meliputi aspek sipil, arsitektur, tata
lingkungan, mekanikal dan elektrikal. Pemeliharaan konstruksi juga akan
meliputi kelima hal tersebut. Banjir Jakarta salah satu sebabnya adalah
kurangnya kesadaran akan paradigma pemeliharaan konstruksi. Sungai, drainase,
kanal dan waduk sebagai konstruksi sipil pengairan di mana salah satu bentuk
pemeliharaannya adalah pengerukan sedimentasi dan sampah sehingga ketika
terjadi hujan maka air tidak mengalir sebagaimana mestinya sehingga terjadi
genangan dan bila genangan melingkupi wilayah yang luas akan dinamai banjir. Garis
sempadan sungai dan daerah aliran sungai sebagai bentuk tata lingkungan yang
terabaikan menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir.
Impor bahan pangan yang demikian besar dan rendahnya produksi
pertanian dalam negeri salah satunya disebabkan kuantitas dan kualitas
konstruksi pendukung pertanian berupa saluran air yang sangat minim. Banyak lahan
pertanian gagal panen akibat kekurangan air atau kelebihan air akibat banjir. Bila
produk pertanian kita bisa bersaing terutama di era WTO maka sektor konstruksi
pengairan harus maksimal dibangun dan dipelihara.
Rendahnya kemampuan pasokan listrik selain rendahnya produksi
pembangkit listrik juga tidak maksimalnya produksi dan lebih rendah dari
kapasitas produksi yang seharusnya salah satu sebabnya karena kurangnya
pemeliharaan elektrikal dan mekanikal pada pembangkit listrik.
Terabaikannya paradigma pemeliharaan konstruksi di samping
menimbulkan kerugian yang besar juga menyebabkan bertambah besarnya biaya perbaikan
konstruksi padahal biaya besar ini bisa dicegah sejak awal apabila kesadaran
pemeliharaan konstruksi dimiliki sejak dini. Paradigma pemeliharaan konstruksi
akan saling mendukung secara linear dengan program penghematan anggaran dan
pemerataan pembangunan.
Salam reformasi
Rahmad Daulay
30 januari 2014.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar