Satu rencana gebrakan baru akan
dimulai, yaitu jalan tol laut Jakarta-Surabaya. Diprediksi akan menelan biaya
Rp. 150 trilyun. Panjangnya sekitar 775 km. Dibagi menjadi 2 ruas jalan yaitu
ruas jalan Jakarta-Semarang dan ruas jalan Semarang-Surabaya. Sebanyak 19 BUMN
siap mengeroyok proyek ini. Beberapa bank BUMN siap mendanainya.
Rencana proyek ini didasari atas
padatnya kenderaan pada ruas jalan pantai utara Jawa yang kita kenal dgn jalan
pantura. Perbandingan di mana truk lewat pantura Jakarta-Semarang bisa 3 hari
tapi kalau lewat tol laut bisa 1 hari. Kalau kendraan biasa lewat pantura
Jakarta-Surabaya bisa 1 minggu tapi kalau lewat tol laut bisa 2 hari.
Di pihak lain, ada juga rencana
proyek kereta api super cepat Jakarta-Surabaya dgn waktu tempuh 3 jam. Perbandingannya
dengan kereta api eksekutif bisa memakan waktu 12 jam. Diprediksi akan menelan
biaya 230 trilyun.
Dari segi pemikiran teknis, tentu
ini sangat menggembirakan. Betapa tidak, tak perlu lagi memikirkan rumitnya
pembebasan lahan. Laut tak perlu dibebaskan. Lagian siapa yang mengkavling
perumahan di ats air laut. Sedangkan kereta api super cepat dibangun di atas rel
yang ada selama ini. Dengan kata lain rel bertingkat.
Namun, sebagaimana sering terjadi
selama ini, pemikiran teknis selalu bertentangan dengan pemikiran ekonmis dan
pemikiran sosial.
Secara sederhana apapun bentuk
dan jenis transportasinya maka jenis pengguna transportasi tersebut dibagi
menjadi 2 kategori besar, yaitu penumpang dan barang. Semua jenis transportasi
; pesawat terbang, kapal laut, kereta api, truk, mobil dan lainnya hanya
mengangkut 2 jenis yaitu penumpang dan barang. Dengan memakai pesawat terbang Jakarta-Surabaya
bisa ditempuh dalam waktu 45 menit. Dengan memakai kapal laut baik penumpang
maupun barang bisa ditempuh dengan waktu 1 hari. Dengan memakai kereta api
eksekutif jarak Jakarta-Surabaya bisa ditempuh dengan 12 jam.
Dari peta persaingan antar jenis
transportasi ini maka bisa dilihat bahwa jalan tol laut Jakarta-Surabaya akan
kalah bersaing, baik untuk angkutan penumpang dengan kereta api super cepat
yang sampai ditujuan hanya dalam waktu 3 jam, beda 2 jam dengan pesawat
terbang. Sedangkan angkutan barang, transportasi kapal laut dan kereta api
barang masih ekonomis dari segi waktu dan ongkos.
Untuk itu maka akan lebih penting
dan prioritas bila transportasi masal kereta api super cepat direalisasikan
sebagai sarana angkutan penumpang dengan segala fasilitasnya. Sedangkan untuk
transportasi angkutan barang dengan memperluas layanan kapal laut dan kereta
api khusus barang. Apalagi dengan rencana rel ganda akan mempercepat lalu
lintas perkeretaapian. Selain fasilitas, perlu juga rekayasa budaya dan
insentif agar para pelaku bisnis lebih cenderung memakai layanan kapal laut dan
kereta api barang sebagai sarana angkutan barang daripada angkutan darat truk.
Truk, selain memacetkan jalan akibat lambatnya kecepatan bergeraknya, juga
memproduksi polusi udara. Belum lagi biaya perawataan truk yang memakan biaya
tidak sedikit.
Perlu kiranya rencana jalan tol
laut Jakarta-Surabaya dialihkan ke pulau lain dengan tujuan pemerataan
pembangunan tapi tak perlu di atas laut. Beberapa rencana tertunda seperti
jalan tol Sumatra, jembatan Selat Sunda, jembatan Jawa-Bali, jembatan antar
pulau besar. Ini bila diwujudkan akan mempercepat berkembangnya pusat
pertumbuhan ekonomi baru dan mereduksi pesatnya arus urbanisasi ke pulau Jawa,
terutama ke Jakarta.
Khusus untuk pulau Sumatra,
rencana jalan tol Sumatra yang menghubungkan semua ibukota propinsi akan sangat
membantu mobilitas angkutan penumpang dan barang. Selama ini transportasi darat
mengandalkan jalan lintas timur Sumatra, jalan lintas tengah Sumatra dan jalan lintas
barat Sumatra yang tak kunjung terealisasi. Fungsi ketiga jalan lintas ini
tumpang tindih antara jalan penghubung antar propinsi, jalan penghubung antar
kabupaten, jalan penghubung antar kecamatan dan jalan ibukota kabupaten.
Tumpang tindih fungsi ini menyebabkan kemacetan pada ruas jalan tertentu yang
menyebabkan keterlambatan arus transportasi antar propinsi. Hal ini akan
terselesaikan bila jalan tol sumatra bisa hadir. Diprediksi bila jalan tol
sumatra terealisasi bisa meredam nafsu pemekaran baik pemekaran propinsi baru
maupun pemekaran kabupaten/kota baru. Kondisi ini diprediksi akan sama pada
pulau lainnya seperti Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Salam reformasi.
Rahmad Daulay
7 oktober 2013.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar