Cerita kebakaran hutan seakan tak
pernah habis di negeri ini. Kebakaran hutan yang asapnya bukan hanya
menyelimuti daerah sekitarnya tapi asapnya menyelimuti antar propinsi, bahkan
antar negara. Langit yang begitu luas seakan tak bisa menetralkan yang namanya
asap. Gunung yang menjulang tinggi tenggelam dalam keperkasaan asap.
Kebakaran hutan selalu identik
dengan pembakaran lahan perkebunan namun cerita ini hilang lenyap ditelan isu
kebakaran hutan akibat kebakaran lahan gambut yang berdekatan dengan hutan yang
terbakar.
Bila dilihat dari kondisi
geografisnya maka lahan gambut sebagian besar berada di bawah permukaan tanah. Hanya
sebagian kecil yang berada di atas permukaan tanah. Akibatnya maka kebakaran
lahan gambut sering tidak terdeteksi. Kebakaran lahan gambut hanya bisa
terdeteksi apabila apinya telah menyerang lahan dan hutan di sekitarnya. Dan
tentu kebakaran hutan ini tidak mudah memadamkannya.
Upaya yang sering dilakukan
adalah pemadaman dengan hujan buatan. Berton-ton garam ditebar di langit dengan
harapan terjadi hujan buatan. Hujan buatan itupun akhirnya tumpah dari langit
dan berhasil memadamkan kebakaran hutan. Namun itu hanya untuk beberapa saat.
Ketika cuaca panas kembali dan berhasil membuat lahan gambut membara maka hutan
terdekat dari lahan gambut yang terbakar itupun kembali terbakar. Asap kembali
menyelimuti langit sekitar, langit antar propinsi dan langit antar negara. Kembali
pemerintah dibuat pusing, berton-ton garam kembali ditebar di langit dan hujan
buatanpun kembali tumpah dari langit. Demikian seterusnya biaya besar untuk
hujan buatan hanya bisa memadamkan api kebakaran hutan untuk beberapa saat.
Apakah hujan buatan merupakan
satu-satunya cara untuk memadamkan kebakaran hutan ?
Bila memang kebakaran hutan itu
merupakan dampak dari kebakaran lahan gambut yang sebagian besar berada di
bawah permukaan tanah maka sudah barang tentu selain hujan buatan maka sudah
perlu dipikirkan efektifitas dari banjir buatan pada wilayah lahan gambut. Metode
banjir buatan akan memakan biaya besar untuk membuat saluran paret atau pipa
namun pada operasionalnya justru akan lebih murah dibanding pembuatan hujan
buatan. Sumber air bisa dipompa dari laut atau dialirkan dari sungai yang
permukaannya jauh di atas permukaan lahan gambut atau diambil dari sungai di
pegunungan terdekat. Sistem saluran paret atau sistem saluran pipa air ini
dibuat sedemikian rupa agar bisa menjangkau seluruh lahan gambut yang berada di
bawah permukaan tanah atau didesain agar bisa menjangkau lahan gambut yang
berada di atas permukaan tanah. Sistem buka tutup saluran paret atau saluran
pipa ini akan memegang kunci penting untuk membanjiri wilayah lahan gambut yang
terbakar sehingga kebakaran hutan yang diakibatkan oleh lahan gambut bisa
diminimalisir tanpa harus memakai metode hujan buatan.
Tentunya banjir buatan ini akan
merobah ekosistem lahan gambut namun kita dihadapkan pada pilihan-pilihan dan
prioritas yang mana setiap pilihan memiliki konsekuensi positif dan konsekuensi
negatif. Walau bagaimanapun juga kebakaran hutan bukan hanya sekedar
menghasilkan asap yang menyelimuti langit namun juga membawa kerugian
kesehatan, transportasi udara, hubungan baik antar negara dan kerugian materil
non materil lainnya.
Air laut yang berlimpah dan air
sungai yang berlimpah merupakan potensi dan karunia Tuhan yang tak pernah kita
manfaatkan untuk memadamkan kebakaran hutan.
Salam.
Rahmad Daulay
30 agustus 2013.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar