Di tengah belum hilangnya ingatan
masyarakat tentang momok ledakan gas elpiji, program konversi BBM ke gas
semakin melebarkan sayap ke kabupaten – kabupaten. Hal ini menimbukan
kekhawatiran dalam berbagai bentuknya.
Memang tidak mudah bagi
masyarakat untuk menerima sesuatu yang baru, apalagi hal baru tersebut pernah
menjadi masalah dan dipertontonkan di media elektronik.
Dan tidak mudah bagi masyarakat
untuk meninggalkan hal yang lama yang sudah begitu familier bagi kehidupannya.
Pemerintah dihadapkan pada
pilihan – pilihan. Dan pemerintah kelihatannya memilih meneruskan program
konversi BBM ke gas dengan segala konsekuensinya.
Bila kita nilai secara objektif,
program konversi BBM ke gas adalah program yang sangat bagus dengan semangat
menurunkan subsidi BBM dan menkorvesinya ke bentuk lain, salah satunya ke gas
dalam bentuk tabung gas 3 kg. Dan telah banyak masalah negatif yang terjadi.
Kesemuanya ini harus diterima dan menjadi bahan introspeksi bagi pemerintah sebagai
pemilik program.
Rakyat pasti akan menerima dengan
senang hati apabila program tersebut ternyata bermanfaat baginya. Dan
pemerintah harus bisa membuktikan bahwa program tersebut bukan hanya baik untuk
pemerintah dengan pengurangan beban subsidi APBNnya saja tapi juga berguna untuk
semua rakyat.
Rakyat harus dipersiapkan untuk
bisa menerima program konversi BBM ke gas tersebut. Bukan dengan kesan dadakan.
Sosialisasi harus dilakukan terlebih dahulu dengan melibatkan para tokoh
masyarakat panutan mereka. Semua kelemahan teknis baik yang disebabkan oleh
aspek yang melekat pada rangkaian tabung gas, regulator, slang dan kompor harus
segera diatasi secepat mungkin. Semua produk yang tidak layak pakai harus
segera ditarik dari peredaran dan harus dilakukan razia produk setiap saat. Program
dan fasilitas maintenance harus didirikan di setiap tempat, minimal 1 fasilitas
perdesa dan 3 fasilitas perkelurahan lengkap dengan teknisi terlatih
bersertifikat dan fasilitas yang lengkap. Masyarakat jangan diizinkan memasang
sendiri rangkaian lengkap keseluruhannya. Momen penggantian tabung gas harus
dipakai sebagai waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan keseluruhan
rangkaian. Karena masyarakat tidak bisa diandalkan komitmennya untuk memeriksa
secara reguler rangkaian dari regulator, slang dan kompor.
Bila perlu, pemerintahan desa dan
kelurahan dijadikan posko fasilitas maintenance dan teknisinya dijadikan
berstatus teknisi PTT (pegawai tidak tetap). Toh banyak tamatan SMK teknik yang
siap dilatih dan diterjunkan ke seluruh desa dan kelurahan untuk menjadi
teknisi PTT. Anggarannya bisa diambil dengan menambah sedikit biaya total harga
penjualan tabung gas semua ukuran.
Yang tak kalah pentingnya adalah
harus dibuat asuransi kecelakaan gas elpiji. Produsen tabung gas dan seluruh
rangkaiannya (regulator, slang, kompor) harus diwajibkan mengasuransikan
produknya, bisa dengan status asuransi kegagalan produk rangkaian gas yang mana
pihak asuransi akan menanggung seluruh kerugian akibat ledakan gas elpiji tanpa
memperdulikan apa penyebab ledakan tersebut. Jangan ada alasan dari pihak
asuransi bahwa jenis asuransi yang demikian adalah jenis bisnis yang merugikan.
Toh presentase kejadian ledakan gas hanyalah sedikit persentasenya, sedangkan asuransi
sudah harus dimasukkan dalam komponen harga penjualan produk seluruh rangkaian.
Dengan demikian maka mudah –
mudahan masyarakat tidak takut lagi dan bisa menerima program konversi BBM ke
gas yang sesungguhnya sangat mulia ini.
Salam reformasi
Rahmad Daulay
11 desember 2010.
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar