(bermimpi)
CALON INDEPENDEN PLUS PADA PEMILUKADA
Sudah bukan rahasia lagi bahwa
harga perahu politik pada event pemilukada merupakan sesuatu yang sangat mahal.
Banyaknya peminat sementara terbatasnya ketersediaan dukungan politik ditambah
kepentingan internal partai membuat harga perahu politik menjadi sedemikin
mahal. Hal ini nyata tapi takkan
pernah terbuktikan secara hukum karena semuanya takkan pernah meninggalkan
bekas dan jejak.
Atas dasar pemikiran di atas maka ide tentang calon kepala daerah non partai
menjadi penting. Muncullah ide calon independen. Calon independen maju
mengikuti pentas politik pemilukada dengan dukungan langsung rakyat dengan
bukti fotokopi KTP. Namun ternyata dukungan fotokopi KTP ini banyak pihak yang
meragukannya karena banyak pihak yang bisa menyediakan fotokopi KTP baik dengan
cara yang baik ataupun cara yang kurang baik. Sehingga kemurnian dan
kesungguhan dukungan secara langsung rakyat kepada calon independen dengan
pembuktian jumlah fotokopi KTP menjadi kurang meyakinkan.
Sebenarnya faktor yang sering dipertanyakan dalam setiap event pemuilukada
bukan hanya masalah mahalnya biaya politik. Satu pertanyaan penting dari pemilukada
itu sendiri adalah : ”Sudahkah para calon kepala daerah yang lolos mengikuti
pemilukada sudah merupakan SDM terbaik yang dimiliki oleh daerah itu sendiri
???”.
Pertanyaan ini cukup menggelitik, kalau bukan akan memerahkan telinga para
politisi daerah.
Nah, sekarang, pertanyaannya adalah : ”Siapa sajakah yang berhak menyandang
gelar SDM terbaik daerah ???”
Pertanyaan ini juga cukup susah jawabannya karena tidak ada satu lembagapun
di daerah yang berwenang menyatakan seseorang sebagai SDM terbaik di daerahnya.
Untuk itu kita harus melakukan kilas balik ke belakang.
Ingatan harus kita layangkan kembali kepada masa sekolah SMA. Pada setiap
akhir masa sekolah akan selalu saja ada beberapa orang yang memiliki prestasi
terbaik SMA sekabupaten. Beberapa orang ini memperoleh nilai terbaik pada ujian
nasional atau sejenisnya. Mereka biasanya akan mendapatkan fasilitas mengikuti
pendidikan di perguruan tinggi melalui jalur bebas testing sejenis PMDK. Atau
mereka akan mengikuti SNMPTN dan akan lulus di PTN. Atau paling tidak mereka
akan menempuh pendidikan di PTS yang berkualitas. Setiap tahun semua kabupaten
memproduksi cikal bakal bibit putra terbaik daerahnya. Dan mereka ini biasanya
akan merantau menempuh pendidikan dan mencari penghidupan yang lebih baik di
luar daerahnya.
Dan apakah dalam setiap event pemilukada, mereka ikut bersaing
memperebutkan posisi sebagai kepala daerah ??? Atau paling tidak, apakah ada
terbersit di dalam pikiran mereka bahwa mereka suatu saat harus ikut pemilukada
??? Memang tidak semua akan menyukai kehidupan politik. Tapi juga harus
diingat, juga tidak semua tidak menyukai kehidupan politik. Akan selalu ada di
antara mereka yang menyukai politik namun tidak memiliki dukungan perahu
politik dan tidak punya akar politik akibat dari perginya mereka merantau di
usia mudanya.
Saya melihat bahwa para SDM terbaik daerah ini harus didorong untuk ikut
pemilukada. Bukan hanya didorong tapi disediakan jalur khusus untuk mereka, dan
jalur khusus tersebut dinamakan CALON INDEPENDEN PLUS. Kenapa plus ? Karena
mereka adalah orang – orang bernilai plus.
Bila ini memungkinkan, tentunya tidak sedikit yang berminat untuk
mengikutinya. Bagaimana menyeleksinya ? Bisa dibentuk tim seleksi yang terdiri
dari pada orang – orang netral non partai dan yang paling memungkinkan untuk
itu adalah dari kampus. Seleksi awalnya bisa berbentuk psikotest dan test IQ
dan dilanjutkan dengan wawancara dan tahapan lainnya. Forum Rektor Indonesia
bisa jadi lembaga penyeleksi. Produk
seleksinya diharapkan mewakili sarjana teknik, sarjana kedokteran dan sarjana
sosial. Jadi ada 3
calon independen plus.
Bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi
bilamana ketiga unsur calon kepala daerah : calon dari partai, calon independen
dan calon independen plus. KEPADA SIAPA KIRA-KIRA RAKYAT AKAN MENJATUHKAN PILIHAN
???
Salam reformasi
Rahmad Daulay
25 juni 2010
*
* *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar