BBM bersubsidi langka. Dan ini
mengerikan. Mengerikan bukan karena BBM bersubsidi langka. Namun mengerikan
karena kabinet yang dipenuhi dengan para profesor doktor dan profesional
ternyata tidak mampu mengatasi masalah BBM dari begitu banyak alternatif yang
ada. Bahkan mencoba-coba untuk meminjam tangan MUI untuk menggertak rakyat.
BBM bersubsidi langka. Dan ini
kontraproduktif terhadap geliat ekonomi rakyat di mana BBM merupakan urat nadi
perekonomian. BBM bersubsidi langka sama saja dengan menghambat dinamika
ekonomi rakyat. Dan juga menghambat produktifitas. Waktu yang habis untuk
mengantri BBM bersubsidi merupakan bencana tersendiri bagi rakyat. Cabe dan
tomat yang berada di mobil pengangkut yang tadinya segar baru dipetik pak tani
setelah antri berjam-jam di SPBU akan layu dan tak segar lagi.
Memang BBM bersubsidi langka di
SPBU. Namun di pangkalan BBM eceran pinggir jalan malah BBM bersubsidi seperti
dibanjiri suplai yang entah darimana asalnya. Dan harganyapun melambung tinggi
memanfaatkan situasi. Tak heran apabila BBM eceran pinggir jalan walaupun
pasang harga berkisar 6 ribu sampai dengan 8 ribu perliter namun demi waktu
yang demikian penting maka BBM eceran pinggir jalanpun dibeli orang. Bahkan
saya yakin apabila BBM eceran pinggir jalan tersebut pasang harga 10 ribu
perliter pasti akan dibeli orang yang merasa butuh dan mampu membelinya.
Saya melihat dari fenomena BBM
eceran pinggir jalan ini sebenarnya rakyat yang ekonominya kelas menengah ke
atas mampu untuk membeli BBM bersubsidi seharga BBM nonsubsidi. Bahkan rakyat
kelas bawah yang merasa terdesak oleh keadaan pun pada akhirnya menyanggupi
untuk membeli BBM bersubsidi dengan harga mahal.
BBM langka di SPBU. Dan ini
peluang. Peluang untuk bisa memasarkan BBM nonsubsidi tanpa harus gembar-gembor
dengan isu pencabutan subsidi BBM dan isu kenaikan harga BBM subsidi yang akan
memberi dampak berantai. Biarkan saja
BBM subsidi langka di SPBU. Tapi wajibkan semua SPBU untuk menjual BBM
nonsubsidi. Golongan ekonomi menengah ke atas takkan rela antri pagi – pagi berjam-jam
untuk mendapatkan BBM bersubsidi. Mereka akan lebih memilih BBM nonsubsidi yang
tidak diantri oleh orang kebanyakan. Bahkan golongan ekonomi lemah yang
terdesak oleh keadaan dan waktu juga akan membeli BBM nonsubsidi demi
menghindari antrian BBM bersubsidi. Dan juga perlu pengaturan jalur khusus
untuk kenderaan roda dua, kenderaan roda tiga dan angkutan umum yang wajib
untuk memperoleh BBM bersubsidi.
Salam reformasi.
Rahmad Daulay
9 juli 2011.
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar