Kondisi politik kontemporer
memang sering membuat kejutan. Kejutan terakhir adalah pergantian penentuan
calon legislatif dari sistem nomor urut menjadi sistem suara terbanyak. Para kader partai yang sudah merasa berjasa pada partai
dan menempati nomor jadi merasa keberatan dengan sistem suara terbanyak.
Sementara para kader populer dan memiliki massa
yang ril di akar rumput berpeluang besar memenangkan pemilu legislatif.
Tapi penilaian di atas terlalu
naif. Fenomena politik kontemporer keIndonesiaan adalah fenomena politik uang.
Politik uang berjalan pada umumnya di pedesaan yang mana kesadaran politiknya
sangat rendah. Diperkirakan para pelaku politik uang akan memenangkan pemilu legislatif
di dapem dan dapil pedesaan.
Kenapa politik uang begitu
berjaya ?????
Secara sederhana seorang pemilih
memilih calonnya hanya berdasarkan tiga kategori : keluhan, kebutuhan dan
kebanggaan. Seorang pemilih akan memilih calonnya apabila sang caleg diyakini
bisa menghilangkan keluhannya selama ini, atau diyakini bisa memenuhi
kebutuhannya selama ini, atau diyakini akan menumbuhkan rasa kebanggaan pada
dirinya.
Sekarang apa yang akan dijanjikan
oleh sang caleg dari tiga kategori sederhana tersebut ?
Faktor kedekatan keluarga,
pertemanan, ikatan ideologis dan kedaerahan akan membangkitkan rasa kebanggaan
sang pemilih yang apabila sang caleg berhasil menang maka si pemilih akan ikut
senang dan bangga.
Faktor janji – janji kampanye
sang caleg akan membuat si pemilih yang apabila percaya pada janji – janji
kampenye yang bertema pembangunan, pemenuhan kebutuhan dan mengatasi keluhan
tersebut akan membuat si pemilih akan memilih sang caleg yang berjanji
tersebut.
Namun apabila kedua hal di atas
tidak terpenuhi maka sang pemilih akan menjatuhkan pilihan pada pemenuhan
kebutuhan singkat atau sangat singkat yaitu AMPLOP. Keberadaan amplop akan bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya 1 atau 2 hari. Yang lebih singkat lagi adalah bisa
memenuhi kebutuhan rokoknya. Yang cukup mulia adalah amplop tersebut bisa
memenuhi kebutuhan sekolah, kesehatan keluarga, beli kuali, piring, sendok,
cangkul atau modal usahanya. Sehingga jangan salahkan rakyat apabila amplop
menjadi pilihan utamanya.
Salam reformasi
Rahmad Daulay
18 januari 2009
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar