Walaupun
sebelumnya sudah bisa diprediksi, namun ketika AS ditetapkan statusnya menjadi
tersangka, tetap saja membuat publik mendadak kaget. Keterkagetan salah satunya
adalah kenapa harus AS yang terkena bola nyasar tersebut ?
Sebenarnya
apakah sudah pernah kita memetakan bagaimana postur yang sebenarnya daripada
yang namanya korupsi ? Dan kenapa KPK seperti tidak bisa mengerem laju
pertumbuhan korupsi ?
Walau
tidak memiliki data yang valid, namun saya bisa memprediksi bahwa komposisi
terbesar berada pada korupsi politik, dengan kata lain korupsi adalah urat nadi
dan jantung kehidupan politik. Bahkan ada yang memprediksi bahwa total biaya
politik zaman reformasi amburadul ini telah melebihi jumlah hutang luar negeri
RI.
Dulu
zaman awal reformasi, 2 tahun kekuasaan politik dipandang sebagai masa
pengebalian modal politik. 1 tahun di tengah sebagai masa mengabdi pada negara.
2 tahun akhir kekuasaan politik sebagai masa pengumpulan modal kembali untuk
meraih kekuasaan politik selanjutnya.
Tapi
sekartang sudah berbeda, 2,5 tahun pertama sebagai masa pengembalian modal
politik dan 2,5 tahun kedua sebagai masa pengumpulan modal politik untuk meraih
kedudukan politik selanjutnya. Lantas, kapan masa mengabdi pada rakyat ?
Bagaimanapun
juga pengumpulan pundi-pundi modal menuju 2014 akan sangat panas. Namun
permasalahannya adalah bukan pada panasnya bola politik 2014, tapi akankah kita
akan memelihara dan melestarikan panasnya bola politik tersebut ?
Saya
adalah salah satu yang masih optimis bisa mendinginkan, bahkan mempermurah
biaya politik 2014 sehingga perlombaan pengumpulan pundi-pundi biaya politik
2014 bisa dihentikan sekarang juga. Beberapa syarat yang harus dipenuhi adalah
tim sukses kampanye harus dibatasi paling rendah hanya pada tingkatan
kecamatan. Artinya tim sukses kampamye tingkat kelurahan/desa harus dihapuskan
dan diharamkan keberadaannya. Sebanyak apapun pundi-pundi yang berhasil
dikumpulkan untuk biaya politik 2014 tidak akan ada gunanya apabila tim sukses
kampanye tingkat kelurahan/desa tidak eksis baik secara formal maupun
nonformal. Bagi-bagi duit ke rakyat dieksekusi oleh tim sukses kampamye tingkat
kelurahan/desa tersebut. Syarat yang lain adalah memperkuat bawaslu/panwas baik
dari segi anggaran maupun personel. Semua tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
adat dan tokoh pemuda harus disterilkan dan dijadikan anggota bawaslu/panwas
dngan honorarium yang memadai. Kondisi ini harus diujicobakan pada semua
pilkada menuju 2014. Setiap pelanggaran harus dikenakan sangsi tegas. Bila
memang semua calon pilkada melakukan pelanggaran, biarkan saja mereka semua
didiskualifikasi dan Kemendagri menetapkan pejabat gubernur/bupati/walikota
selama 5 tahun sebagai kompensasi atas kegagalan pilkada. Bila ujicoba pada
pilkada ini sukses, tinggal menerapkan secara konsisten pada pemilu 2014.
Bila
pemilu 2014 masih didominasi oleh biaya politik tingkat tinggi yang pengumpulan
pundi-pundinya sedang berjalan sekarang ini dan seterusnya maka percayalah akan
terjadi krisis kualitas produk pemilu 2014 karena pada umumnya para SDM
berkualitas tidak begitu lihai memainkan politik uang.
MN,
AS, dan entah siapa lagi nantinya, tak lebih dari korban menuju pemilu 2014.
Akankah terus seperti ini ? Akankah para korban keadaan terus menapaki langit
sandiwara kepura-puraan ?
Moratorium
politik uang atau negara bangkrut.
Salam
reformasi
Rahmad
Daulay
7
februari 2012
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar