Berkat prestasi Timnas pada
beberapa waktu yang lalu maka spontan dunia sepakbola menjadi rebutan.
Munculnya Liga Primer Indonesia yang menuai protes dari PSSI, walaupun dari
segi partisipasi LPI cukup mendapat acungan jempol karena merupakan embryo
kemandirian penyelenggaraan olahraga tanpa subsidi negara.
Kini PSSI menyelenggarakan suksesi kepemimpinan. Kembali intrik terjadi. Intrik
ini merupakan imbas politik di balik prestasi sepakbola nasional. Dan akhirnya
muncul PSSI tandingan.
Akan ke manakah arah penyelesaian konflik ini ? Apakah akan diseret secara
resmi ke arah konflik politik berkepanjangan yang pada akhirnya akan
meluluhlantakkan semangat keolahragaan nasional ?
Saya sendiri menyarankan agar konflik PSSI diselesaikan secara adat
keolahragaan. Maksudnya semua kandidat ketua umum PSSI maupun PSSI tandingan menyusun
saja calon kabinet kepengurusannya. Dan dari calon kabinet kepengurusan masing
– masing membentuk kesebelasan sepakbola untuk kemudian dilakukan pertandingan sepakbola
antar calon kabinet kepengurusan. Sedangkan calon ketua umum diwajibkan menjadi
kapten kesebelasan. Pemenang kompetisi secara aklamasi dilantik sebagai
pengurus sah PSSI.
Salam olahraga.
Rahmad Daulay
25 februari 2011.
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar