Konon kabarnya, pada suatu daerah
tepian sungai di lereng sebuah bukit, di lereng tersebut melintas jalan raya di
mana jalan tersebut merupakan bekas lereng yang dipotong untuk menjadi sebuah
jalan. Akibatnya di jalan tersebut sering terjadi longsor pada waktu hujan. Selain
itu tepi sungai juga terjadi abrasi akibat sungai sering meluap dan mengikis
dinding tanah pinggir jalan sebelah sungai. Maka oleh instansi pemerintah yang
membidangi infrastruktur, dibuatlah dek penahan untuk menahan tanah pinggir
sungai agar tidak rusak oleh terjangan arus sungai. Namun apa daya, alam memang
memiliki kekuatan yang tidak terprediksi. Arus sungai secara perlahan terus
merusak struktur dari dek penahan pinggir sungai tersebut untuk kemudian menerjangnya
dan hancurlah sudah dek penahan pinggir sungai tersebut.
Namun, pada jarak beberapa puluh
meter, ternyata ada daerah pinggir jalan sebelah sungai yang ternyata tidak
diberikan dek penahan karena ada
serumpunan bambu yang tumbuh di tempat tersebut. Serumpunan bambu tersebut
berdiri kokoh seakan tak memperdulikan apapun perilaku alam. Tanah di
sekitarnya tetap bertahan kokoh tanpa terpengaruh terjangan aliran sungai
seberapa besarpun luapannya. Sang perencana konstruksi dek penahan tersebut seakan
tahu bahwa tanah sekitar rumpun bambu tersebut tak perlu diberi dek penahan
karena sudah dicover oleh keberadaan rumpun bambu.
Dengan perkembangan teknologi
konstruksi, kita sering melupakan potensi alamiah di sekitar kita yang ternyata
walaupun cukup sederhana dan murah namun memberi solusi yang lebih konkrit
daripada teknologi yang telah dikembangkan. Serumpunan bambu ternyata lebih
efektif dari dek penahan pinggir sungai. Sepertinya pendekatan lingkungan
seperti ini perlu dikembangkan di tengah isu keterbatasan anggaran negara. Tanah
longsor yang sering memutuskan jalan raya sudah waktunya dicegah dengan
pendekatan alami. Selain rumpun bambu, masih banyak jenis tumbuhan yang bisa
dipakai untuk menahan tanah perbukitan dan pinggir sungai agar jalan raya tidak
terputus akibat hujan lebat di musim penghujan seperti sekarang ini. Untuk itu
perlu koordinasi yang lebih konkrit antara dinas pekerjaan umum, dinas
pertanian dan badan pengendalian dampak lingkungan untuk bisa mewujudkan ide
ini.
Salam reformasi.
Rahmad Daulay
30 nopember 2010.
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar