Konon kabarnya, pada suatu hari,
sebuah mobil mewah mencoba berjalan melawan arus lalu lintas karena dari
persimpangan tersebut sudah dekat dengan rumahnya, dari pada mutar lagi lebih
baik melawan arus sedikit saja, pikirnya. Seorang petugas bidang lalu lintas langsung
menyetop dan menghampiri dan menyuruh agar mobil mewah tersebut agar berjalan
mengikuti arus walaupun rumahnya sudah dekat. Tapi apa daya, sang pemilik mobil
mewah tak perduli dan berusaha berjalan terus. Kejadian tersebut terlihat oleh
seorang preman yang biasa menjadi KPD (kepala preman daerah) dan biasa mengutip
“uang keamanan” di sekitar tempat tersebut. Sang preman langsung membantu pak
polisi dengan memukul mobil mewah bagian depan persis di depan sopir tersebut.
Dengan kejadian tersebut langsung si pemilik mobil mewah banting stir dan
mematuhi arus lalu lintas berjalan memutar dulu untuk menuju rumahnya.
Kejadian di atas menunjukkan
sebenarnya preman, dengan berbagai stempel yang melekat di dirinya, memiliki
sebuah potensi yang tidak dimiliki oleh kita semua. Potensi itu bernama
“NYALI”. Preman memiliki nyali yang lebih kuat daripada kita – kita.
Sifat yang bernama nyali ini
adalah sebuah potensi yang apabila kita kembangkan pada tempatnya akan sangat
berguna dalam mendukung pembangunan bangsa.
Penyaluran potensi nyali dari
preman tersebut sebagian besar berhubungan dengan yang namanya “keamanan”. Oleh
karena itu apabila kita sepakat bahwa preman harus dibina maka mari kita bina
para preman untuk menjadi pembantu aparat keamanan di berbagai sektor. Dengan
pelatihan singkat dan pendidikan singkat para preman bisa direkrut menjadi
aparat keamanan pamswakarsa terlatih dan terkoordinir.
Bila preman menjadi pembantu
aparat keamanan di darat maka penggajian mereka bisa dari swadaya masyarakat
yang membutuhkan jasa keamanan mereka. Mereka bisa jadi satpam atau hansip pada
wilayah – wilayah yang membutuhkan keamanan seperti komplek pertokoan, komplek
perumahan, pos keamanan jalan strategis dan lainnya.
Bagaimana dengan di laut ? Bisa
juga mereka menjadi pembantu patroli keamanan laut. Dari mana menggajinya ? Di
samping pendidikan dan pelatihan singkat, mereka juga bisa diberi kapal tangkap
ikan sederhana sekaligus menjadi kapal patroli mereka. Hasil tangkapan ikan
mereka itulah menjadi gaji mereka.
Apalagi para perompak laut akan
segan beraksi apabila perompak tersebut tahu bahwa yang menjadi penjaga
keamanan di laut ternyata mantan rekan seprofesi mereka, sama – sama preman.
Salam reformasi.
Rahmad Daulay
19 Januari 2009
* *
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar