Pada masa
penjajahan kumpeni Belanda, pernah terjadi politik tanam paksa di mana rakyat
inlander dipaksa menanam beberapa komoditi di antaranya perkebunan tebu. Hasil
dari politik tanam paksa ini membuat kas negeri Belanda melimpah ruah. Dan
mungkin mereka merasa bahwa kaum inlander sangat berjasa terhadap melimpahnya
kas negara mereka sehingga mereka memberikan balas jasa berupa politik etis
yaitu memberikan pendidikan setingkat SD kepada golongan masyarakat tertentu
yang termasuk kategori elit pada masa itu dan mereka pekerjakan pada perusahaan
mereka..
Kata kunci
yang akan dibahas adalah tanam paksa menghasilkan kas negara melimpah.
Bila kita
bandingkan antara zaman kumpeni belanda dan zaman sekarang, luas perkebunan
sekarang jauh lebih luas dari luas perkebunan tanam paksa zaman dulu, tapi kas
negara sekarang tidak berarti apa apa dari kontribusi perkebunan dan tidak
seperti perkebunan tanam paksa zaman kumpeni Belanda yang bisa membuat kas
kumpeni Belanda melimpah ruah.
Memang tidak
bisa membuat perbandingan secara sederhana antara dulu dengan sekarang, namun
perlu dipertimbangkan bahwa luas daratan nusantara merupakan potensi luar biasa
di bidang perkebunan yang didukung oleh SDM yang juga luar biasa baik dari
kalangan terdidik ataupun tidak.
Jumlah
penduduk Indonesia menurut data tahun 2010 berjumlah 259 juta jiwa. bayangkan
apabila perorang menanam ubi dengan hasil 1 kg perorang maka akan diperoleh
hasil 259 juta kilo ubi. Itu masih kalau 1 kg perorang, bagaimana kalau 10 kg
perorang ? Bagaimana kalau komoditi lain ?
Memang tidak bisa begitu saja dipukul rata semua
orang bisa dipaksa menanam ubi, namun dari segi manajemen SDM, perkebunan dan
jenis komoditi serta angkatan kerja maka tentunya bisa diformulasikan bagaimana
struktur tanam paksa gaya baru untuk dijadikan solusi ketenagakerjaan sekaligus
penghijauan sekaligus swa sembada pangan.
Sejarah tanam
paksa kumpeni Belanda seharusnya bisa jadi inspirasi positif untuk perjalanan
bangsa ke depan.
Salam
reformasi
Rahmad Daulay
23 April 2012
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar