Ada apa
dengan sampah ?
Sering
kita mengapresiasikan sampah sebagai barang kotor, sisa – sisa pengolahan,
barang tak berguna. Beberapa sumpah serapah sering mengutip kata sampah. Bahkan
orang tak berguna sering dicap sampah masyarakat..
Sampah
biasanya dibuang ke tong sampah, bak sampah, ke paret, ke saluran air, ke
sungai, sebagian lagi dibakar sendiri.
Ketika
kehidupan semakin komplek, terutama di perkotaan, sampah semakin menjadi
masalah. Oleh pemda
dibentuklah instansi yang membidangi kebersihan, ditetapkanlah lokasi tempat
pembuangan akhir sampah. Ditetapkanlah proyek pembuangan sampah, pengangkutan
sampah, pembakaran sampah, mesin pembakar sampah, petugas pengangkut sampah,
sampai pada jabatan – jabatan yang membidangi sampah. Ditetapkan anggaran
pengelolaan sampah. Kesemuanya demi sampah.
Haruskah
kita menghabiskan sedemikian banyak hal hanya untuk mengurusi sampah ? Berapa
anggaran negara yang dihabiskan demi sampah ? Jangan – jangan biaya pengelolaan
sampah ternyata jauh lebih mahal dari nilai ekonomi bahan mentahnya.
Di
beberapa persimpangan jalan ada terlihat bak sampah ganda, bertuliskan sampah
organik dan sampah nonorganik. Namun apa daya, bila dilihat isinya sama saja,
campur aduk.
Benarkah
sampah hanya memiliki potensi tak berguna ?
Ternyata
tidak, ketika melintas di depan pedagang pupuk, ternyata ada menjual pupuk
organik, yang diolah secara modern oleh salah satu BUMN yang membidangi
pertanian. Dan harganyapun lumayan bersaing. Ini membuktikan bahwa ternyata
sampah memiliki potensi ekonomi.
Sekarang
kehidupan ekonomi rakyat banyak yang susah hidupnya, ledakan penduduk tak
terimbangi oleh penyediaan lapangan kerja. Dan potensi ekonomi sampah
sebenarnya memiliki prospek untuk menjadi lapangan kerja informal bagi rakyat.
Harus ada
manajemen sampah yang tertata dengan baik dan terkendali sehingga biaya
pengolahan sampah konvensional bisa dirobah menjadi pengolahan sampah berbasis
lingkungan hidup dan berdampak ekonomi terhadap rakyat. Sudah waktunya BUMN
yang memproduksi pupuk organik tersebut bekerjasama dengan elemen masyarakat
daerah, LSM, karang taruna, ormas, OKP, OSIS dan pemda untuk menjalin kerjasama
yang baik dan kontinu, bila perlu dibentuk anak perusahaan perdaerah sehingga
manajemen sampah bisa terkoordinasi dan berjalan lebih terarah.
Manajemen
sampah bila diterapkan secara terpadu, di samping menghemat anggaran negara,
juga bisa menjadi salah satu solusi pembukaan lapangan kerja dan peningkatan
kehidupan rakyat, juga untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup serta
mengurangi ketergantungan terhadap pupuk nonorganik / kimia yang pada umumnya
bahan mentahnya merupakan barang impor.
Salam reformasi
Rahmad Daulay
11 januari 2011
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar