UMP
DKI tahun 2012 sebesar 2,2 juta rupiah. Beberapa pengusaha protes dan berencana
utk merelokasi pabriknya, merumahkan atau PHK sebagian buruh..
Pada
beberapa dialog di media elektronik terungkap bahwa keluhan terbesar perusahaan
ternyata bukan upah buruh tapi lebih pada buruknya infrastruktur dan biaya
politik dan bila kedua masalah ini bisa diatasi maka perusahaan bisa menggaji
lebih besar para buruhnya.
Bila
dilihat ke sisi lain ternyata sebagian besar buruh ternyata tidak tinggal di
DKI, tapi masih di sekitar Jabodetabek yang memiliki standar biaya hidup yang
mirip DKI. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab pada jam-jam tertentu
terjadi kemacetan terutama karena para buruh terdidik yang tak mau disebut
buruh tapi karyawan atau dengan istilah yang lebih keren yaitu para
profesional, biasanya memiliki kenderaan sendiri pergi ke tempat kerja.